Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar AS di awal perdagangan hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka turun 0,10 persen atau 16 poin menjadi Rp16.647 per dolar AS.
Pada penutupan Jumat kemarin, rupiah naik tipis 0,03 persen menjadi Rp16.631 per dolar AS. “Harapannya rupiah terapresiasi ke Rp16.620 per dolar AS hari ini,” kata Analis Pasar Uang, Fikri C. Permana dalam analisisnya, Senin (3/11/2025).
Menurut Fikri, peluang rupiah menguat terbuka setelah pertemuan Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping. Kedua pemimpin dunia itu menyiratkan akan ‘gencatan senjata perdagangan’ yang meredakan kekhawatiran pasar akan perang dagang baru.
Hasil pertemuan itu antara lain, Pemimpin Tiongkok sepakat menangguhkan pengendalian ekspor bahan mineral tanah jarang selama setahun. Kebijakan Tiongkok inilah yang semula memicu ancaman tarif baru AS terhadap Tiongkok.
Dengan penangguhan itu, AS bisa mendapatkan bahan mineral tersebut tanpa pembatasan. Sebagai imbalannya, AS memberikan penurunan tarif impor pada Tiongkok dari 57 persen menjadi 47 persen.
Selain itu, di dalam negeri Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan merilis sejumlah data ekonomi. Diantaranya data perkembangan inflasi, perkembangan ekspor dan impor serta neraca perdagangan, serta data pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hari ini, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga dijadwalkan akan menyampaikan kondisi stabilitas sistem keuangan dalam tiga bulan terakhir. KSSK beranggotakan Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
Pelaku pasar akan mencermati data ekonomi dan stabilitas sistem keuangan tersebut. Sentimen pasar akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, selain pengaruh faktor eksternal. Dikutip dari RRI.co.id